Adambeane Industries – Desa Penglipuran bukan desa biasa. Ini adalah salah satu desa adat di Bali yang masih mempertahankan budaya dan tradisi leluhur. Nama “Penglipuran” sendiri berasal dari kata “pengeling pura”, yang berarti tempat untuk mengenang leluhur.
Dulunya, penduduk desa ini berasal dari Desa Bayung Gede di daerah Kintamani. Mereka pindah ke tempat ini untuk mencari kehidupan yang lebih damai. Sampai sekarang, tradisi dan adat yang mereka bawa dari tempat asalnya masih sangat dijaga dengan ketat.
Di Desa Penglipuran, masyarakat percaya pada filosofi hidup yang harmonis. Mereka hidup dengan prinsip Tri Hita Karana, yaitu keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam. Inilah yang membuat desa ini tetap rapi, bersih, dan damai hingga sekarang.
Selain itu, desa ini telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan masih mempertahankan tata letak serta aturan adat yang diwariskan turun-temurun. Bahkan, saat modernisasi masuk ke Bali, Desa Penglipuran tetap teguh dengan adat dan tidak membiarkan bangunan modern mengubah keunikan desa mereka.
Keunikan Tata Letak dan Rumah Tradisional
Salah satu yang paling menarik di Desa Penglipuran adalah tata letaknya yang rapi banget! Semua rumah di sini menghadap ke arah yang sama, dengan gerbang kecil yang disebut angkul-angkul di depan setiap rumah.
Rumah-rumah ini dibangun dengan bahan alami seperti bambu, kayu, dan batu alam. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu, sedangkan atapnya dari ijuk atau jerami. Yang menarik, desain rumah-rumah di sini hampir sama semua, nggak ada yang terlalu mencolok atau mewah.
Tata letak desa ini juga dibagi menjadi tiga bagian utama berdasarkan konsep Tri Mandala, yaitu:
- Utama Mandala → Bagian paling suci, tempat pura desa berada.
- Madya Mandala → Bagian tengah, tempat warga tinggal.
- Nista Mandala → Bagian paling bawah, tempat kuburan dan ladang.
Dengan konsep ini, desa ini terasa sangat harmonis dan nyaman untuk dikunjungi.
Suasana Asri dan Kebersihan yang Bikin Nyaman
Desa Penglipuran terkenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia! Desa ini masuk daftar bersama desa Giethoorn di Belanda dan Mawlynnong di India.
Di sini, nggak ada yang buang sampah sembarangan! Setiap rumah punya tempat sampah sendiri, dan masyarakatnya selalu menjaga kebersihan lingkungan. Bahkan, kendaraan bermotor dilarang masuk ke area desa utama, jadi udaranya tetap bersih dan bebas polusi.
Selain itu, di bagian belakang desa ada hutan bambu yang luas. Hutan ini nggak cuma bikin udara lebih segar, tapi juga jadi tempat wisata yang keren buat foto-foto!
Adat dan Tradisi yang Masih Dijaga
Meskipun sudah terkenal sebagai desa wisata, masyarakat Desa Penglipuran tetap menjaga adat dan budaya mereka. Beberapa tradisi yang masih dipertahankan antara lain:
- Ngusaba Gede → Upacara besar untuk menghormati dewa dan leluhur.
- Perkawinan adat → Di desa ini, poligami dilarang keras! Kalau ada yang melanggar, bisa dikucilkan dan tinggal di area khusus di luar desa.
- Gotong royong → Semua warga wajib ikut kerja bakti untuk menjaga kebersihan dan kelestarian desa.
Selain itu, mereka juga memiliki aturan adat yang disebut Awig-Awig. Aturan ini mengatur semua aspek kehidupan, mulai dari tata cara bertani, berkeluarga, hingga aturan sosial lainnya.
Ritual dan Upacara Khas yang Menarik Wisatawan
Setiap tahun, ada banyak upacara adat yang bisa dilihat oleh wisatawan. Beberapa yang paling menarik adalah:
- Galungan & Kuningan → Perayaan besar umat Hindu Bali, ditandai dengan penjor (bambu yang dihias) di pinggir jalan.
- Ngaben → Upacara pembakaran jenazah yang penuh makna spiritual.
- Upacara potong gigi → Tradisi unik bagi remaja Hindu sebagai simbol kedewasaan.
Setiap upacara ini selalu meriah dan bisa jadi pengalaman budaya yang seru buat wisatawan.
Perbandingan dengan Desa Wisata Lain di Bali
Bali punya banyak desa wisata, tapi Desa Penglipuran punya daya tarik unik yang membedakannya dari desa lain.
- Penglipuran vs. Tenganan → Tenganan punya budaya Bali Aga yang lebih tua, tapi Penglipuran lebih terkenal dengan tata letaknya yang rapi dan kebersihannya.
- Penglipuran vs. Trunyan → Trunyan punya tradisi pemakaman unik di mana jenazah dibiarkan di atas tanah, sementara Penglipuran lebih terkenal dengan budaya Hindu Bali yang lebih umum.
Cara Menuju Desa Penglipuran
Lokasi Desa Penglipuran ada di Kabupaten Bangli, Bali. Kalau dari Bandara Ngurah Rai, jaraknya sekitar 1,5 – 2 jam perjalanan.
Rute yang bisa kamu ambil:
- Dari Denpasar → Lewat Gianyar → Ke arah Bangli → Sampai di Desa Penglipuran.
- Bisa naik mobil pribadi, motor sewaan, atau ojek online untuk lebih fleksibel.
Harga Tiket Masuk dan Jam Operasional
Tiket masuk:
- Dewasa: Rp25.000 (wisatawan lokal) / Rp50.000 (wisatawan asing)
- Anak-anak: Rp15.000
- Jam buka: 08.00 – 17.00 WITA setiap hari.
Harganya masih terjangkau banget untuk wisata sekeren ini!
Aktivitas Seru yang Bisa Dilakukan
Biar nggak bosan, ini beberapa hal seru yang bisa kamu lakukan di Desa Penglipuran:
- Jalan-jalan menikmati suasana desa
- Foto-foto Instagramable di depan rumah adat
- Mencoba makanan khas Bali seperti tipat cantok dan jaje uli
- Eksplorasi hutan bambu di belakang desa
- Mengobrol dengan penduduk lokal dan belajar budaya mereka
Tips Agar Kunjungan Lebih Menyenangkan
- Biar kunjungan ke Desa Penglipuran makin seru, coba ikuti tips ini:
- Datang pagi atau sore biar nggak terlalu panas.
- Pakai pakaian yang sopan karena ini desa adat.
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Hormati penduduk setempat, jangan asal masuk ke rumah warga.
- Jangan lupa eksplor hutan bambu, super cantik buat foto!
Kesimpulan
Desa Penglipuran bukan cuma tempat wisata biasa, tapi juga ikon budaya Bali yang harus dijaga. Dengan keindahan, kebersihan, dan budayanya yang masih kental, desa ini benar-benar tempat yang bikin betah.
Kalau kamu cari destinasi wisata yang beda dari pantai atau klub malam di Bali, Desa Penglipuran wajib masuk daftar perjalanan kamu!